Kotak Memorial

Aku hanya penulis amatir biasa. tidak ng-trand atau terkenal. aku hanya penulis amatir biasa yang biasa mem-publish tulisan. ini adalah postinng pertama ku. maaf bila ada salah tulis kata. saya masih belajar dan menuntut ilmu. terimakasih :)



Kotak Memorial
            Pagi ini Kota Jakarta begiu panas. Sepanas hati dan otaku. Bagaimana tidak. Aku memiliki sahabat karib, namanya Clarisa. Namanya sahabat nggak mungkin menusuk sahabtnya sendiri dari belakang. Tapi dia nglakuin itu, dia ngrebut Damas dari aku. Cowok yang aku cintai dari kelas 1 SMA. Tapi, dia ngrebut Damas dari aku. Gimana nggak sakit sih. Hari ini dan seterusnya ku tak ingin megenalnya, dan tak akan pernah mau kenal dia.
            Panasnya kota jakarta sangat parah. Aku memutuskan membelokan mobilku kesebuah cafe langgananku. Disana banyak tersedia minuman segar dan makanan. Apa lagi untuk hawa yang seperti ini. Aku memasuki Cafe tersebut. Namanya Cafe memorial. Aneh sih namanya, apa mungkin cafe tersebut buat orang galau-galau yang ingin mengenang memori masa lalunya..??? Konyol!
            Aku mengambil tempat duduk di salah satu meja tepat dekat waiter. Tahukan gimana cafe-cafe yang keren.
            “Permisi, Aku mau pesen Orange Juice sama pisang caramel spesial”Ucapku kepada pelayan tersebut.
            “Oke mbak. Ditunggu sebentar yah mbak”Ucap pelayan perempuan yang mengenakan sragam kerjanya yang rapi.
            Tiba-tiba Handphone ku berbunyi, dengan nada dering lagu Girls Generation I Got a Boy dengan nada ng-beat. Aku melihat layar Handphone. Tertera nama Fian disana.Aku pencet tombol hijau.
            “Hallo”Ujarku dengan nada jutek
            “.......................................................”
            “Eh Kak Fian, denger ya sku nggak akan mau maafin Claris adik kamu. Dia penghianat bagiku. Dan inget aku nggak akan pernah maafin, ingin kenal atau apalah. Aku benci dengan shabat munafik seperti dia”Ucapku membentak dengan suara kasar.
            “...........................................”
            “Hah..??? salah paham..??? Aku lihat sendiri ya, mereka berdua di Mall. Mereka berdua di butik milih-milih baju berdua, dan Damas milihin Dress buat Claris. Itu salah paham? Atau disengaja? Ha..!!!!”       Aku langsung mematikan sambugan dengan Kak Fian, Kakak Clarisa.
            “Aku nggak bodoh kayak yang dia pikir”Ucap ku sinis.
            “Jangan seperti itu, bisa saja kamu memang salah paham”Tiba-tiba suara lembut dan enak didengar terbesit ditelingku. Seorang perempuan muda, tinggi, cantik, berkulit putih dngan rambut tergerai.
            “Maksud mbak.?”
            “Nama mbak Chacha Narundana, panggil mbak Chacha. Mbak yang punya Cafe Memorial ini”Ujarnya memperkenalkan diri dengan senyumnya. Ternyata dia Pemilik Cafe ini. Dia sangat cantik dan bertubuh ideal.
`\          “Nama Aku Anggita Jessica. Mbak panggil Gita aja”Ucap ku tersenyum juga kepadanya.
            “Tadi mbak denger, kamu lagi berantem ya sama sahabat kau”Ia duduk di depanku. Tepat di kursi pelayan tadi.
            “Iya mbak. Aku lagi berantem sama sahabta aku”Ujarku kepadanya.
            “Mbak boleh tau masalahnya. Mbak mungkin bisa bantu”Ucapnya.
            “Gini lho mbak, Aku kan suka sama cowok dari kelas 1 SMA. Nama cowoknya Damas. Tapi sahabta aku sendiri malah ngrebut Damas dari aku. Tadi aku lihat Sahabat aku sama Damas di Mall. Lagi milih-milih dress. Dan Damas milihin satu dress vuat sahabat aku. Gimana aku ngk cemburu dan kesel sih mbak. Dia itu bener-bener penghianat banget. Aku benci sama sahabat aku sendiri. Aku nggak akan anggap atau perduli lagi sama dia”Ucapku panjang lebar dengan eemosi yang menggelora di hati.
            “Nggak sepenuhnya dia salah. Bisa sajakan dia beli dress itu buat kamu tetapi dia ngajak sahabata kamu buat cari tau selera dan ukuran tubuh kamu”Ucapnya dengan lembut. Aku terdiam. Memikirkan kata-kata Mbak Chacha.
            “Jangan salah presebsi dulu sebelu terlambat dan menyesal diakhir”Ucap Mbak Chacha menasehatiku.
            “Mkasud mbak Chacha apa?”Aku begitu tak mengerti dengan ucapan Mak Cahcha. Maksud terlambat apa?
            “Mbak punya salah satu cerita. Ini cerita dari kota Semarang, Jawa Tengah”Ucapnya tersenyum kepadaku.
            Ia mulai bercerita....
            Pagi ini langit begitu mendung. Langit biru berubah menjadi langit yang gelap. Awan-awan hitam bergumul dilangit. Mentari sudah mendelik di balik awan-awan hitam. Angin mulai berhembus begitu kencang. Pepohonan menari-nari mengikuti hembusan angin. Dedaunan yang bergguran mulai berterbangan mengikuti arus angin yang berhembus. Sedikit demi sedikit rintikan air hujan mulai membasahi tanah bumi pertiwi. Dan deras.
            “Hujan turun lagi”Gumamnya dari balik jendela kaca dari salah satu kelas di SMA Garuda.
            “Cha kamu lagi ngapain sih”tanya seorang pemuda bertubuh cungkring, berambut cepak dan mengenakan kacamata berbigkai hitam.
            “Aku lagi menikmati hujan turun”ucap gadis itu seraya tersenyum ke arah lelaki yang bernama lengkap Randy Nugroho
            “Hujan kok di nikmati”ucapya seraya duduk di sebelah Gadis itu.
            “Randi, Randy,tentu saja lah, hujan itu kan anugrah dari Tuhan”ucapnya tersenyum memandang wajah Randy.
            “hehehe iya juga ya Cha”Dia tertawa meringis memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi
            “Dasar cungkring”Ucap Chacha memukul pelan bahu Randy dengan tersenyum.
            Mereka berdua duduk berjejer sambil menikmati rintikan hujan di luar sana. Angin berlari kesana-kemari menggoyangkan ranting-ranting pepohon yang rindang. Ditambah petir menyayatkan pedang kilatnya.
            “Cha... hidung kamu ngeluarin darah Cha..!!”Sontak Ranady terkejut. Ia akan mengelap darah di hidung Chacha, tetapi Chacha keburu lari ke kamar mandi. Randy hanya bisa bergumam pelan dan bertanya-tanya kenapa sahabatnya itu?
<^_^>
            Chacha pulang bersama Randy  menaiki sepedanya. Sepeda warna hijau salem itu mungkin sudah ber-abad-abad umurnya, karena sudah lama sepeda itu bertahan di tangan seorang Randy Nugroho anak tunggal dari seorang direktur utama sebuah perusahaan. Randy tak mau dibelikan motor atau pun mobil, hanya sepeda itulah yang hanya ia miliki. Sudah dari SMP dia setia dan menjga sepeda itu. Sepeda itu juga yan menjadi saksi bisu sejarah persahabtan seorang Chacha dan Randy.
            “Cha kamu tadi beneran nggak apa-apa kan?”Tanya Randy ditengah berjalann pulang.
            “Aku gpp kok Rand, udah kamu ngk usah khawatir ya. Aku Cuma kecapean kok. Percaya deh sama aku Ran”Ujar Chacha tersenyum berusaha meyakinkan sahabatnya itu.
            “Oke deh Cha, Kamu jaga kesehata aja deh ya. Aku kan sahabat kamu, nanti kalau kamu sakit aku disekolah main sama siapa donk”Ujar Randy dengan memelas.
            “Heleh, dasar cungkring. Biasanya juga nggak perduli sama aku, malah main sama geng koplak kamu tuh”Ujar Chacha meledak memukul punggung Randy pelan.
            “Iya iya cha besok nggak kayak gitu. Cerewet banget sih”Ujar Randy dengan gelak tawa.
            “Halahh, emang kamu iti nggak cerewet? Aku nggak makan aja cerewt buanget, kayak bebek mau nyosor. Mulutnya berubah jadi 30 meter”Ucap Chacha membalas perkataan Randy.
            Gelak tawa menggelegar diantara mereka. Wajah bahagia terpancar dari raut mereka berdua. Itulah persahabatan mereka kadang senang dan kadang juga menyedihkan. Pernah suatu saat Randy telat untuk menjemput chacha 5 menit, chacha langsung marah dengan Randy selama 2 hari, tidak memandang, menyapa ataupun berbicara selama 2 hari. Mereka memang lucu. Sama-sama usil dans ama-sama konyol itulah Randy dan Chacha. Saat pertama kalai masuk di SMA, mereka berdua pernah dihukum saat telat MOS, hukumannya adalah lari mengelilingi lapangan. Dan mereka bukannya merasa terbebani malah ketawa-ketiwi saat berlari mengelilingi lapangan.
<^_^>
            Malam menjelang. Chacha duduk kursi meja makan dengan sepiring nasi goreng dan air putih. Ditemani oleh mamah, dan kakanya. Di samping piringnya terdapat ponselnya. Ponsel itu bergetar, mennadakan SMS masuk
            From Cungkring (ini adalah sms dari Randy)
            Eh endut kamu itu makan. Kalau malam kebiasaan nggak makan. Padahal gendut tapi malah susah makan.
            To Cungkring (ini adalah balasan dari Chacha)
            Iya iya deh, bawel anget sih. Kamu tuh makan 1 magic gar biar gendut. Badan aja kayak lidi satu batang. Kekurangan gizi tuh kamu atau mungkin kamu cacingan. Hahahahahahahhahaa :D

            Itulah isi sms mereka. Mereka memang seperti itu sangat konyol dan suka saling meledek. Persahabatan mereka memang bak pelangi yang penuh warna.
            Saat Chacha menaruh piring bekas makannya di tempat pencuci piring. Kepalanya terasa sakit, hidungnya mulai mengeluarkan darah. Wajahnya mulai pucat.
            Bruggg...!!!
<^_^>
            Ruang putih dengan aroma obat-obatan tercium tajam dari hidungnya. Infus yang melekat pada tanagnnya. Dan tidak salah lagi ia berada di rumah sakit. Ia terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
            “Assalamualaikum”Terdengar ketukan dan salam daru arah pintu kamar ini.
            “Walaikumssalam”Ucap Mama Chacha. Pintu pun terbuka, ternyata Randy.
            “Nak Randy”Ujar Mama Chacha ramha. Randy menyalami tangan Mama Chacha.
            “Tante, ini ada bingkisan tante”Ujar Dicky menyerahkan sebuah kantong plastic.
            “Makasih ya Rand”Ujar mamah Chacah
            “Iya tante sama-sama. Tante Chacha itu sebenernya kenapa”Tanya Randy berdiri di samping ranjang Chacha.
            “Kamu pasti akan terkejut dengan hal ini Rand. Chacha udah 2 tahun punya penyakit kanker hati Rand”Ujar Mamah Chacha.
            “Astagfirllahalazim, kenapa Chacha nggak pernah cerita sama aku”Ujar Randy terkejut.
            “Chacha sengaja tidak akan menceritakan penyakitnya kesiapapu terutama ke kamu Rand. Dia itu tidak mau kalau sahabat yang paling dia sayangi itu sedih dan khawatir dengan keadaannya. Dia hanya ingin kamu selalu tersenyum”Ujar mamah Chacha. Randy sempat meneteskan air mati tetapi cepat ia seka.
            “Ya Allah tan, terus penyakitnya pa semakin parah?”Tanya Randy.
            “Kata dokter, penyakit Chacha semakin parah jika tidak ditemukan donor hati secepatnya. Maka nyawa Chacha tida akan selmata”Ujar Mamah Chacha dengan wajah muram.
            Randy sempat berfikir. Ada sesuatu yang berkecamuk di pikirannya.
<^_^>
            Hari berikutnya ia datang lagi ke rumah sakit. Berharap bahwa Chacah sudah sadar dan ia dpat bercengkrama dengan shabatanya itu. Tetai apa? Malah keinginnanya terbalik 360 derajat.
            Saat Randy akan memasuki kamar inap Chacha. Randy sempat melihat dr jendela kaca yang berada dipintu. Dilihatnya Chacah dengan tertawa bahagisa bersama seorang pemuda.
            “Ahahahahha kamu ini konyol deh. Tau nggak sih aku itu kangen banget sama kamu Fajar. Udah lama tau”Ucap Chacha dengan tawa bahagia
            “Aku juga kangen banget lho sama kamu Cha”Ujar lelaki yang bernama Fajar itu seraya mengelus kepala Chacha dengan mesra.
            Ada secuil rasa cemburu yang trsimpan di hati kecil Randy. Ia segera pergi dari tempat itu. Hatinya panas melihat kejadian itu.
            3 minggu kemudian, kabar Randy tidak terdengar. Entah kemana ia pergi. Sudah berkali-kali Chacha menanyakan kepada ibunya kemana sahabat karibnya itu. Beberapa hari kemudia ada kabar bahwa akan ada donor hati untuk Chacha. Chacha sangat gembira dan bahagia, akhirnya ia bisa mendapat donor Hati dan kembali hidup dengan normal seperti sediakala.
            Besok adalah jadwal operasi Chacha pada pukul 2 siang. Chacha berkali-kali membaca doa. Saat ini dia didorong menuju ruang operasi. Dan fajar yang setoa berdiri mengikuti bed ini didorong.
            “Fajar aku takut”Ucap Chcha menggenggam tangan Fajar erat. Tangannya penuh dengan keringat dingin.
            “Udah kamu harus tenang Cha, semua akan baik-baik aja sayang”Ucap Fajar tersenyum manis kearah Chacha
            Chacha sudah masuk kedalam ruang operasi. 3 jam sudah berlalu dengan cepat, tak beberapa lam, operasi pun selesai, Chacha keluar dari kamar operasi dan didorong menuju kamar inapnya. Chacha masih tak sadarkan diri.
            Hari berlalu. Disebuah pemakaman di tengah kota, sebuah gundukan tanah yang basah dan bunga yang masih segar bertaburan diatasnya. Nisan itu tertulis sebuah nama, tanggal lahir dan tanggal meninggalnya.
            Disebuah rumah sakit, kamar nomor 203 tipe president suit, di bed kasur itu terbaring gadis dengan kondisi yang sudah mulai membaik. Infus masih terpasang dipergelangan tanganny. Disebelahny seorang lelaki sedang duduk di kursi dan mengajak gadis itu bercengkrama dengan canda tawa.
            “Cha?”Panggil Mamah Chacha.
            “Iya mah ada apa?”Tanya Chacha menatap Mamahnya.
            “Mamah mau ngomogn sama kamu Cha”Ujar Mamahnya seraya mengambil sebuah kertas yang terlipat di tas mamahnya.
            “Mau ngomogn apa mah, dan itu kertas apah?”Tanya Chacha dengan penasaran.
            “Ini surat dari sahabat kamu Cha, Randy”Ujar Mamah Chacha serya menyerahkan kertas yang ternyata adalah surat dari Randy.
            Chacha membuka kertas itu yang berwarna pink. Chacha membaca surat itu...

            Dear My Best Friend, Chacha Narundana
            Hay Cha, ini aku Randy Nugroho sahabat seperjuanganmu selama 6 tahun ini. Bagaimana kabar kamu Cha, pasti kamu sudah sehat seperti sediakala yah. Aku turut senang atas kesembuhan sahabat baik ku ini. Aku senang melihat mu tersenyum dan bahagia bersamanya. Bukan maksudku untuk meninggalkan sahabat ku ini. Tetapi aku sudah berjanji kepada hidup ku bahwa aku akan memberikan hati ini untuk sahabta ku yang aku sayangi.untuk kesembuhan sahabatku, aku akan melakukan apapun demi sahabta
            Best Friends
            (Randy Nugroho)

            Air mata itu berliang. Tetes demi tetes berjatuhan membasahi pipi mulus itu. Matanya sudah dibanjiri air mata.
            “Randy, maafin aku. Randy kenapa kamu lakuinn iniii..!!!!! RANDYYYYYY..!!! HIKSSS..HIKSSS...HIKSS”Tangis Chacha pecah dengan sendirinya. Ia menangisi sahabat baiknya. Dialah sahabat perjuangan Chacha selama 6 tahun lamanya. Mereka bersama selalu, sedih bersama dan bahagia bersama. Tetapi disinilah, akhir persahabtan mereka. Chacha hanya bisa mengenang Randy Nugroho, mengenang kisah kasih persahabatannya sampai kapanpun. Kisah persahabtan mereka akan selalu terputar dimemori kerinduan.
            “Rand, you are the best friends of my life. Thank you”Itulah kata-kata seorang Chacha Narundana, ketika ia beranjak dewasa. Randy lah yang membuat ia hidup, Randy lah yang membuat Chacha sehat, Randy lah yang dapat membuat Chacha menikmati hidup, dan Randylah The Best Friend bagi Chacha. Sampai kapanpun sejarah persahabtan mereka akan terkenanga sepanjang masa.

                        Dan itu akhir cerita dari Mbak Chacha. Ya Tuhan ternyata sahabat begitu berarti. Dan aku tak menginginkan itu terjadi di hidupku.
            “Jadi yang jadi Chacha itu Mbak?”Mbak Chacha hanya tersenyum manis kepadaku.
            “Kamu taukan makna dari cerita mbak Chacha”Ujar Mbak Chacha menyeka air matanya yang tumpah. Begitu juga dengan aku.
            “Mbak ternyata sahabat itu berarti banget ya”
            “Yasudah lebih baik sekarang kamu datang kerumah sahabat kamu. Mungkin dugaan mbak benar”Aku tersenyum kepada Mbak Chacha.
            Handphone ku tiba-tiba berbunyi. Aku ambil dari tas kecil yang aku bawa. Tertera nama Kak Fan. Segera ku pencet tombol hijau di Handphone ku.
            “..............................................”
            “Ada apa kak?”Suara Kak Fian terdengar gelisah sekali.
            “...............................................”
            “Iya iya aku kerumah Kakak sekarang”
            “...............................................”
            “Iya kak”
            Samsungan terputus.
            “Ada apa Git?”Tanya Mbak Chacha.
            “Nggak tau Mbak Kakaknya sahabat ku telepon aku barusan, nyuruh aku cepet-cept kerumahnya”Ucapku dengan kekhawatiran.
            “Nah, cepetan kamu kerumahnya sebelumnya hal-hal yang tidak kamu inginkan terjadi”Ujar Mbak Chacha tersenyum.
            “Iya Mbak. Makasih ya mbak. Oh iya mbak, ini sama bayar makannanya.”Aku menyerahkan 2 embar uang 200. Aku tak tahu harga makanna itu berapa. Aku langsung pergi keluar dari Cafe.

            Aku tak ingin bila itu terjadi dihidupku. Selamanya aku tak menginginkan itu. Dan aku tak ingin kehilangan Clarisa. Sahabat terbaiku. Mbak Chacha mungkin benar itu hanya salah paham. Aku melaju mobilku menuju kerumah Clarisa mlewati jalanan kota yang macet dan penuh polusi.

Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH SMP NEGERI 1 PATI

Mading Kelas 9F SMP NEGERI 1 PATI TAHUN 2013/2014

[PO] T-shirt SNSD 3RD JAPAN TOUR PINK-WHITE